Bedhaya Yogyakarta: Tarian Sakral Para Dewi yang Diturunkan ke Bumi

Avatar photo

Josua Bagus

Tari Bedhaya, sebuah mahakarya seni tari klasik yang berakar kuat di Kasultanan Yogyakarta, bukan sekadar gerakan indah yang memanjakan mata. Ia adalah sebuah narasi mendalam tentang spiritualitas, kekuasaan, dan harmoni kosmik. Lebih dari sekadar pertunjukan, Bedhaya adalah sebuah laku spiritual, sebuah doa yang diwujudkan dalam gerak, irama, dan busana. Lalu, siapakah yang berhak menarikan tarian sakral ini? Dan mengapa ia begitu diagungkan? Artikel ini akan mengupas tuntas misteri dan keagungan Tari Bedhaya Yogyakarta.

Akar Sejarah dan Mitos Penciptaan Bedhaya

Sejarah Tari Bedhaya Yogyakarta terjalin erat dengan mitos pertemuan antara Panembahan Senapati, pendiri Kerajaan Mataram Islam, dengan Kanjeng Ratu Kidul, penguasa Laut Selatan. Kisah ini mengisahkan bagaimana Panembahan Senapati, saat bertapa di Pantai Parangkusumo, mendengar suara gamelan yang merdu. Ia kemudian melihat sekelompok bidadari menari dengan gerakan yang anggun dan mempesona.

Kanjeng Ratu Kidul, yang terpesona dengan kesalehan dan kesungguhan Panembahan Senapati, berkenan menjalin hubungan mistis dengannya. Dalam pertemuan tersebut, Kanjeng Ratu Kidul mengajarkan gerakan-gerakan tarian yang kemudian dikenal sebagai Tari Bedhaya. Tarian ini kemudian diadaptasi dan dikembangkan di lingkungan keraton, menjadi tarian pusaka yang hanya ditarikan dalam upacara-upacara sakral.

Mitos ini menggarisbawahi bahwa Tari Bedhaya bukan sekadar tarian biasa. Ia adalah manifestasi dari hubungan sakral antara penguasa Mataram dengan kekuatan kosmik yang diwakili oleh Kanjeng Ratu Kidul. Gerakan-gerakan dalam tarian ini dianggap sebagai representasi dari alam semesta dan keseimbangan antara kekuatan maskulin dan feminin.

Siapa yang Berhak Menarikan Tari Bedhaya?

Pertanyaan ini adalah kunci untuk memahami sakralitas Tari Bedhaya. Tidak sembarang orang dapat menarikan tarian ini. Penari Bedhaya harus memenuhi persyaratan yang ketat dan melalui proses seleksi yang panjang. Berikut adalah beberapa kriteria utama:

1. Keturunan Bangsawan atau Abdi Dalem Pilihan

Pada masa lalu, penari Bedhaya umumnya dipilih dari kalangan bangsawan keraton atau abdi dalem (pelayan keraton) yang memiliki kedekatan dengan keluarga kerajaan. Hal ini dikarenakan menari Bedhaya bukan sekadar pekerjaan, melainkan sebuah pengabdian ( leladi ) kepada raja dan keraton. Keturunan bangsawan dianggap memiliki garis keturunan yang suci dan lebih mampu memahami makna spiritual dari tarian tersebut.

Rekomendasi Untuk Anda  Solo Keroncong Festival: Harmoni Klasik di Jantung Jawa, Petualangan dari Klaten yang Tak Terlupakan

2. Kecantikan Lahir dan Batin

Penari Bedhaya harus memiliki kecantikan lahir dan batin. Kecantikan lahir dilihat dari proporsi tubuh, keanggunan, dan kemampuan untuk menari dengan luwes. Kecantikan batin dilihat dari kepribadian yang santun, rendah hati, dan memiliki budi pekerti yang luhur. Penari Bedhaya diharapkan menjadi representasi dari keindahan dan kesucian.

3. Kemampuan Menari yang Mumpuni

Tentu saja, kemampuan menari adalah syarat mutlak. Penari Bedhaya harus menguasai seluruh gerakan tari dengan sempurna, mulai dari seleh, sembah, srisig, hingga gerakan-gerakan yang lebih kompleks. Mereka harus memiliki kelenturan tubuh, kekuatan stamina, dan kemampuan untuk mengekspresikan emosi melalui gerakan. Proses latihan Tari Bedhaya sangat panjang dan disiplin, membutuhkan dedikasi dan kesabaran yang tinggi.

4. Kesucian Diri (Spiritual dan Fisik)

Sebelum menari Bedhaya, para penari harus melakukan persiapan spiritual yang mendalam. Mereka harus membersihkan diri dari segala pikiran negatif, melakukan puasa, dan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kesucian diri ini penting agar para penari dapat menjadi wadah yang layak untuk menerima energi spiritual dari tarian tersebut. Secara fisik, penari juga harus menjaga kesehatan dan kebersihan tubuh agar dapat tampil prima saat menari.

5. Dipilih dan Direstui oleh Sultan

Pada akhirnya, penentuan siapa yang berhak menarikan Bedhaya berada di tangan Sultan. Sultan memiliki hak prerogatif untuk memilih dan merestui para penari. Restu dari Sultan ini sangat penting karena dianggap sebagai legitimasi spiritual dan simbol dukungan dari penguasa.

Makna Simbolis dalam Tari Bedhaya

Tari Bedhaya bukan sekadar tontonan, melainkan tuntunan. Setiap elemen dalam tarian ini mengandung makna simbolis yang mendalam. Berikut adalah beberapa contohnya:

1. Jumlah Penari: Angka Sakral

Jumlah penari Bedhaya selalu ganjil, biasanya tujuh atau sembilan orang. Angka ganjil dianggap sebagai angka yang memiliki kekuatan magis dan melambangkan keseimbangan antara kekuatan maskulin dan feminin. Pada Tari Bedhaya Sang Amurwabhumi, jumlah penari adalah sembilan, melambangkan sembilan arah mata angin dan sembilan unsur alam.

2. Busana dan Aksesori: Representasi Keagungan

Busana yang dikenakan oleh penari Bedhaya sangat mewah dan detail. Setiap elemen busana memiliki makna simbolis tersendiri. Misalnya, gelung (sanggul) melambangkan kemuliaan, kemben melambangkan kesucian, dan keris (bagi penari pria) melambangkan keberanian. Warna-warna yang digunakan juga memiliki makna simbolis. Misalnya, warna hijau melambangkan kesuburan, warna kuning melambangkan kemakmuran, dan warna merah melambangkan keberanian.

Rekomendasi Untuk Anda  Taman Sari Yogyakarta: Pesona Keindahan dan Warisan Budaya Dunia yang Tak Lekang Waktu

3. Gerakan Tari: Kisah dan Doa

Setiap gerakan dalam Tari Bedhaya memiliki makna tersendiri. Gerakan-gerakan ini tidak hanya indah secara visual, tetapi juga mengandung narasi dan doa. Misalnya, gerakan sembah melambangkan penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, gerakan srisig melambangkan langkah yang hati-hati dan anggun, dan gerakan ulap-ulap melambangkan pandangan yang jauh ke depan.

4. Iringan Musik Gamelan: Mengiringi Jiwa

Musik gamelan yang mengiringi Tari Bedhaya bukan sekadar iringan, melainkan bagian tak terpisahkan dari tarian itu sendiri. Gamelan menciptakan suasana yang sakral dan khidmat, membantu para penari untuk mencapai kondisi meditatif dan mengekspresikan emosi dengan lebih mendalam. Setiap instrumen gamelan memiliki peran dan fungsinya masing-masing, menciptakan harmoni yang indah dan mempesona.

Jenis-Jenis Tari Bedhaya

Meskipun memiliki dasar yang sama, terdapat beberapa jenis Tari Bedhaya yang berbeda, tergantung pada konteks dan tujuan pementasannya. Beberapa jenis Tari Bedhaya yang terkenal antara lain:

  • Bedhaya Ketawang: Ditarikan dalam upacara penobatan raja atau acara-acara penting keraton. Dianggap sebagai tarian yang paling sakral.
  • Bedhaya Semang: Ditarikan dalam upacara peringatan hari ulang tahun raja.
  • Bedhaya Endhol-Endhol: Ditarikan sebagai hiburan bagi tamu-tamu kerajaan.
  • Bedhaya Gandrung: Memiliki gerakan yang lebih dinamis dan ekspresif dibandingkan dengan jenis Bedhaya lainnya.

Upaya Pelestarian Tari Bedhaya

Tari Bedhaya adalah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu, upaya pelestarian Tari Bedhaya menjadi tanggung jawab kita bersama. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk melestarikan Tari Bedhaya antara lain:

  • Penyelenggaraan pelatihan tari Bedhaya: Keraton Yogyakarta secara rutin menyelenggarakan pelatihan tari Bedhaya untuk generasi muda.
  • Pementasan tari Bedhaya dalam berbagai acara: Tari Bedhaya dipentaskan dalam berbagai acara, baik di dalam maupun di luar keraton, untuk memperkenalkan tarian ini kepada masyarakat luas.
  • Dokumentasi dan penelitian: Dilakukan dokumentasi dan penelitian terhadap Tari Bedhaya untuk menjaga keaslian dan kelestariannya.
  • Pendidikan dan sosialisasi: Tari Bedhaya diajarkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sebagai bagian dari kurikulum budaya.

Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Tarian

Tari Bedhaya Yogyakarta bukan sekadar tarian, melainkan sebuah representasi dari spiritualitas, kekuasaan, dan harmoni. Ia adalah warisan budaya yang harus kita jaga dan lestarikan. Melalui Tari Bedhaya, kita dapat belajar tentang nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, seperti kesucian, keanggunan, dan keseimbangan.

Dengan memahami makna dan simbolisme Tari Bedhaya, kita dapat mengapresiasi keindahan dan keagungan tarian ini dengan lebih mendalam. Mari kita terus mendukung upaya pelestarian Tari Bedhaya agar warisan budaya ini tetap hidup dan berkembang di masa depan. Tari Bedhaya bukan hanya milik Yogyakarta, tetapi milik seluruh bangsa Indonesia, bahkan milik dunia. Biarkan keindahannya terus menginspirasi dan membawa kedamaian bagi kita semua.

Baca Juga